Canda tawa dan juga luka?

 Kelanjutan dari chapter sebelumnya, dimana patah hati serta kehidupan baru ku (Enola) dimulai. Seharian setelah penat dengan tugas serta materi perkuliahan kami saling bertukar kabar untuk kembali berkumpul sejenak melepas tawa bersama serta bertukar cerita tentang hal-hal yang terjadi pada hari itu. Kamipun berkumpul di tempat yang sama dengan orang-orang yang sama namun suasana hati personal yang beda-beda, ada yang sedang senang, ada juga yang sedang galau dan pusing entah sedang memikirkan apa pada saat itu. Oh iya, kami ketambahan personil baru loh ahahahahaha.. si rohman, pribadi punk yang sangat kental dan dengan staterpack tumblr jahat yang tak pernah ketinggalan itu. Kami sering menghabiskan waktu lebih dari dini hari dan hampir setiap harinya seperti itu, eh? kok hampir sih, kan emang setiap hari seperti itu wkwk. Suatu sore kami hendak menikmati senja di salah satu bendungan yang cukup terkenal di kota ini, sebelum kami kesana kami sempat singgah di sebuah gapura univ sebelah untuk menunggu beberapa teman kami yang sedang bersiap di kos. Tak disadari pada saat itu ada beberapa mas-mas kampus sebelah yang sedang memasang pamflet di sebelah gang yang kami singgahi. Salah satu mas-mas tersebut memanggil Uno, usut punya usut mas-mas tersebut dulunya adalah temen nongkrong Uno saat SMA. Mas-mas tersebut ternyata satu domisili denganku namun jarak tempat kami cukup jauh sehingga nampak asing bagiku. Dari suatu kebetulan itu mas-mas tersebut menjadi teman nongkrong kami juga, sebut saja Restu. Beberapa hari setelah nongkrong bareng itu si Restu mulai mengikuti salah satu sosmed ku, aku tak menaruh curiga atau rasa pd karna memang kami telah menjadi teman satu tongkrongan. Berlanjut seperti malam-malam sebelumnya hidup kami, pagi hingga siang sibuk dikampus, sore nyore, malam lanjut nongkrong di tempat biasanya sambil gitaran dan ngobrol ngobrol gajelas tentunya. Suatu saat aku mereplay snapgram Restu karena kucingnya yang sangat lucu, dari situ kami lanjut saling bertukar pesan hingga akhirnya kami dekat! akhirnya kamipun bertukar nomor whatsapp, dari situ hubungan kamipun semakin dekat. Setiap harinya setelah kami "resmi" dekat haha resmi kaya apa aja... si Restu selalu mengajakku untuk makan malam bersama atau menghabiskan malam di bendungan dengan selalu memutar musik untuk perempuan yang sedang dalam pelukan - payung teduh. Setelah patah hati yang lalu kehadiran si Restu cukup mengobati hatiku, ya.. lagi dan lagi aku menaruh perasaan pada seseorang, Restu. Cowok dengan perawakan gagah, tinggi dan pintar mengambil objek gambar itu sukses menata puzzle dihatiku yang sempat ambruk, hancur berantakan. Hari berganti hari hubungan kami semakin erat, Restu yang selalu menceritakan kehidupan kuliahnya dan geng satu kampusnya serta diriku yang setiap harinya selalu bermanja dengan ngambek ngambek kecil kepadanya dengan tujuan mencari perhatiannya! hahaha geli juga kalo diinget inget. Suatu malam yang indah diiringi lagu kesukaan kami untuk perempuan yang sedang dalam pelukan - payung teduh serta ditemani hembusan angin di bendungan yang menusuk kulit lagi dan lagi aku ditampar fakta yang membuat puzzle dalam hatiku kembali runtuh dalam sekejap. Mengapa? dalam sandarannya Restu mengaku padaku bahwa aku bukan kekasih satu satunya. Tak perlu waktu lama, air mataku jatuh membasahi pipi merahku yang terolesi riasan blush on. Bagai hujan badai diriku pada saat itu, air mataku tak kunjung padam, terus mengalir membasahi pipi merah ini. Ia mencoba meyakinkan ku walaupun diriku bukan satu satunya kekasihnya tapi diriku lah yang dicintai hebat olehnya, cuikh??!!! bagaimana bisa aku mempercayainya? sial hatiku benar-benar remuk untuk kedua kalinya! aku merengek kepada Restu memaksa untuk mengakhiri hubungan kami yang sedang manis-manisnya pada saat itu. Sebelum kami beranjak meninggalkan bendungan Restu masih mencoba membujuk hatiku agar hubungan kami tidak berakhir tragis di malam itu. Hati serta pikiranku berperang hebat pada saat itu, disatu sisi tak ingin kulukai hati wanita lain karena kurebut kekasihnya, di sisi lain lantas bagaimana hatiku yang mulai tumbuh rasa cinta itu?. Sesampainya di kamar kos air mataku kembali luruh, tak ingin ku gubris pesan dari Restu yang masih mencoba meminta pintu maafku. Sial ku terlelap dalam keadaan hancur tapi rindu, padahal kan baru bertemu? dapet luka baru pula?! kok rindu? entahlah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku, Enola

Setitik luka