Enola rindu
Aku rindu sahabat-sahabatku, aku rindu momen dimana dalam hari-hariku hanya terisi tawa dan canda serta tak pernah kutemui luka. Aku ingin kembali kepelukan sahabat-sahabatku, bercengkrama sambil bercanda seperti saat-saat itu. Menghabiskan malam yang dingin dengan diiringi petikan gitar serta lirihnya nyanyian dari kami. Aku menangis, malu rasanya kepada para sahabatku, selalu dalam beberapa waktu diriku kembali ke mereka dalam keadaan luka. Mereka menerimaku kembali dengan perasaan sukarela, tak tega dengan diriku yang mendapat perlakuan tak adil dari Danendra, para teman-temanku itu meyakinkanku untuk berani melepas Danendra. Tapi ya inilah diri Enola yang selalu tak bisa menjauhi Danendra sesakit apapun yang ia rasa. Beribu maaf untuk para sahabatku, aku tak menjauhi kalian, kalian tetap bagian terpenting dalam hidupku, kalian tetaplah terang dikala gelapku. Dalam sesekali aku mengelabuhi Danendra, beralasan ingin kembali kerumah padahal kujumpai sahabat-sahabatku kala itu. Mengapa tak jujur saja? Danendra akan marah lalu menganggapku tak peduli lagi dengannya dan menganggap diriku lebih asik dengan duniaku sendiri, hah! bagaimana bisa seperti itu? aku tidak tau, yang ku tau seharusnya kita tetap bisa menjadi diri sendiri, melakukan kegiatan yang kita gemari, berkelana sesuka hati dengan leluasa dan tanpa dihakimi ketika dengan pasangan yang tepat. Simple saja berarti.. Danendra tak tepat untuk menjadi kekasihku, ya! aku menyadari itu. Bersama dengan Danendra, Enola tak bisa tumbuh, diriku malah menjalar liar lupa arah tujuan awal. Banyak mimpi yang harus kupendam dalam, banyak ingin yang tak sempat kurealitakan, aku kecewa dengan diriku sendiri. Aku tak mnegerti pada diriku sendiri kala itu, mengapa diriku lebih takut bila Danendra kecewa? bukannya aku seharusnya lebih takut dengan semua mimpiku yang tertunda? aku merasa bersalah sekali dengan diriku. Seharusnya aku bisa lepas leluasa menggembara seperti anak muda lainnya, seharusnya aku leluasa melakukan apa yang diri ini inginkan, seharusnya tetap dapat kulakukan explore-explore kecil mencari tempat unik yang dulu kerap sekali kulakukan dengan diriku sendiri. Dimana? dimana sesosok Enola itu sekarang? aku rindu! sungguh rindu, Enola tolong kembalilah, bangunkan jiwa lamamu itu Enola, ayo, ayo bergegaslah mencari bahagiamu sendiri Enola, kumohon. Enola kecil yang tumbuh dengan kesendirian, tak tersentuh kasih sayang, tak diinginkan sesosok tubuh ini oleh lingkup terdekatnya sendiri, bak melihat tumpukan sampah, ya! seperti itulah tatapan yang Enola kecil dapatkan dari lingkup yang seharusnya bisa memberi Enola ruang aman serta kasih sayang yang melimpah. Enola kecil dituntut untuk hidup menyelesaikan masalahnya sendiri, Enola kecil mengenal dunia luar dengan dirinya sendiri, Enola yang malang, peluk erat untuk raga kecilku, terimakasih tak rewel dengan alur hidup yang berat serta tak tersentuh kasih sayang, tanpa kuatnya Enola kecil tak kan menjadi Enola yang sekarang. Seorang sahabat menyanyikan ku sebuah lagu bunga kertas merah berduri - romi jahat yang membuat diri ini tersenyum haru, ingin ku dekap sahabatku itu, ingin menangis mengadukan semua sakit serta luka ini padanya, aku tak kuasa, ingin bersandar di bahu kekar sahabatku itu, aku ingin menyerah dalam dekapnya tetapi aku tak bisa.
Komentar
Posting Komentar