Kota pelarian
Di suatu malam di pertengahan bulan pada 2023 silam aku dan Danendra kembali berdebat hebat, perdebatan tak kunjung usai entah telah berapa lama kami beradu argumen. Aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Danendra, tak tinggal diam Danendra mulai mencecar kalimat-kalimat manipulatif terhadap diriku. Satu kalimat yang masih terekam jelas dalam memoriku "aku atau dirimu yang akan mati" itu kalimat Danendra yang ia ucapkan padaku tatkala aku memutuskan untuk pergi mengakhiri hubungan kami. Buka karena tak lagi cinta dengan Danendra, tapi diriku yang sudah merasakan letihnya menghadapi sikap Danendra. Danendra yang selalu menyalahkanku, Danendra yang selalu mengasariku, Danendra yang tak pernah mau mengerti posisiku. Aku memilih pergi, ancaman demi ancaman masuk dalam pesan di ponselku. Dari siapa lagi? ya sudah pasti Danendra! aku kalut, bingung serta takut menjadi satu rasa yang terus menjalar pada tubuhku. Aku ingin pergi dari sini! aku harus pergi! kemana? kemana harus kulangkahkan kaki ku ini? ku teringat seorang sahabat lama tinggal di kota sebelah, kota yang sering ku kunjungi sendirian dengan menggunakan kereta sekedar hanya untuk pelesiran mencari kedai atau coffeshop unik di gang-gang kecil itu, sembari membaca buku-buku favoritku. Kunyalakan ponselku, segera ku hubungi sahabatku itu, "dimana? aku ingin singgah disana sebentar sembari merilekskan pikiranku." tak menunggu lama sahabatku mengirim balasan pesan, seolah-olah mengerti dan paham bahwa temannya ini alias si Enola adalah gadis kecil dengan beribu masalah sahabatku itu pun memberi balasan "aku paham, kemarilah, istirahat dan singgahlah sejenak disini." kurang lebih seperti itu percakapan kami, haha tetapi ya tak sepuitis itu kami dalam mengirim pesan, ssttt petikan chat diatas telah kuubah menjadi kalimat yang sedikit lebih puitis ahahaha, biar apa? biar keren hehehe. Kembali ke topik awal, setelah kubaca pesannya diriku langsung beranjak bersiap-siap untuk segera pergi kesana. Setelah selesai mandi dan merias diri, aku mengambil backpack kesayanganku, ku masukkan beberapa barang penting kedalam backpack ku itu lalu tak perlu waktu lama kukenakan sepatuku dan segera menancap gas menuju stasiun kota. Sesampainya di stasiun kota aku pergi ke ruang tunggu di sebelah peron keberangkatan, ya.. keretaku masih beberapa menit lagi tiba. Aku menunggu kedatangan kereta sembari memasang earphone tws ditelingaku dan memilah-milah lagu apa yang akan menemani perjalanan ku hingga ke kota sebelah. Tanganku mulai sibuk memilah-milah lagu, yang kuingat pada saat itu, lagu yang masuk dalam pilihanku adalah please,please,please - the smith, back to the old house - the smith, no surprise - radiohead, good looking - suki, serta beberapa lagu lainnya yang tak kuingat pasti lagu apa itu. Kereta tiba, segera kumemilih tempat dudukku dan memulai memutar lagu-lagu yang telah kupilih tadi, ku menikmati perjalanan menuju kota sebelah dengan merenung di temani alunan lagu. Sesampainya di stasiun kota sebelah aku langsung mengirimkan pesan pada sahabat lama ku itu, sahabatku bergegas menjemputku. Kini aku telah bersama sahabatku, dipandanginya sejenak diriku, hanya ulasan senyum dibibir sahabatku sembari ia melontarkan kalimat "sudah, tak apa, disini saatnya kamu melupakan masalahmu sejenak." begitu terenyuhnya hatiku. Kami melaju meninggalkan stasiun kota, bergerak menuju daerah di selatan kota ini, saat itu temanku mengajakku untuk hadir ke pameran karya nya dan teman kelompoknya serta ke pameran beberapa teman kelasnya. Aku benar-benar bisa melupakan masalahku sejenak, aku menikmati setiap tempat pameran yang kami kunjungi, hingga aku jadi mengenal beberapa teman sekelas sahabatku ini. Ya benar sekali, Sahabatku menempuh perkuliahan di sebuah kampus seni negeri di kota sebelah. Untuk hari itu aku benar-benar bisa merasakan senyuman terulas di bibirku kembali. Dari situlah aku mulai gemar dengan pameran, aku suka univ seni di kota sebelah itu, aku suka euforia ketika diriku menginjakkan kaki disana, aku suka orang-orang disini bebas berpakaian nyentrik sesuai dengan seleranya, ah kampus yang sangat asyik!. Terlarut dalam asiknya suasana sampai sampai aku tak mengecek ponselku, selepas membakar rokok bersama dengan teman-teman sahabatku, ku memberanikan diri mengecek pesan yang masuk, nah kan benar saja! Danendra telah mengirimkanku beberapa buble pesan. Sial! ia nekat! bukan main, ia mengirimkan gambar padaku, kamar kos yang telah hancur berantakan serta dirinya yang lunglai pada lantai kamar. Ia mengancam bahwa dirinya akan mati saja pada malam itu!. Rasa takut kembali hadir di tubuhku, segera saja ku melihat jadwal keberangkatan kereta terdekat pada waktu itu lalu bergegas mengajak sahabatku untuk segera mengantarkanku ke stasiun. Raut kebingungan menyelimuti wajah sahabatku, ia menanyakan apakah aku sedang baik-baik saja, aku mengangguk dengan pasti agar sahabatku itu percaya serta tak menghawatirkanku. Singkat cerita kini diriku telah berada di dalam kereta, kereta melaju terasa begitu lambat, tak tenang serta takut masih senantiasa kurasakan, akhirnya, kereta tiba di stasiun kota, segera kuberlali menujun pintu keluar lalu bergegas menemui Danendra. Ya, untuk kesekian kalinya aku kembali menemui Danendra setelah mantap untuk mengakhiri hubungan kami. Benar saja! ia terbaring di lantai dengan mata merah sembab, ia menangis begitu lama nampaknya. Aneh sekali Danendra ini, ketika kami berdebat seolah-olah ia telah benci padaku, lalu ketika ku akhiri hubungan ini ia kalang kabut tak kuat berpisah, selalu seperti itu, tak hanya sekali dua kali, sering! ya, sesering itu kami berpisah lalu kembali lagi, kenapa sebetulnya Danendra ini?!.
Komentar
Posting Komentar