Secercah asa Enola

 Entah di mana yang aku maksud

Kereta ini tak gentar

Terus melaju

Aku takut..

Kereta ini melaju terlalu cepat - Nadin Amizah

Seperti potongan bait lagu diatas, diriku tak pernah melambaikan bendera putih yang menandakan penyerahan, tetapi aku takut. Bulan demi bulan berlalu, kini semakin ku tau sisi lain Danendra yang sebenarnya semakin membuat diriku hilang kendali. Entah mengapa Danendra selalu menyalahkanku atas masalah apapun yang ia dapat, seolah-olah semua masalah itu datang karena ulahku. Amarah Danendra yang tertuju padaku membuatku harus siap siaga menenangkannya serta meminta maaf, ya! meminta maaf untuk hal yang aku sendiri tak tau dimana letak salahku. Danendra adalah sosok yang cukup nekat ketika amarah menguasai dirinya, dan diriku yang selalu menjadi sasarannya. Pernah di suatu malam yang tak akan pernah kulupakan Danendra marah kepadaku, hanya karena permasalahan sepele, Danendra yang merasa lapar di tengah malam memintaku untuk pergi keluar membelikan sebungkus makanan serta sebungkus es, namun aku yang merasa takut tak mengiyakannya. Danendra marah, perdebatan antara diriku dengan Danendra pun terjadi. Danendra yang tengah di pucuk amarah menarik rambutku yang mencoba kabur ingin meninggalkan tempat itu. Di hantamlah kepalaku ke tembok itu, tak puas sampai situ Danendra terus menarik rambutku sampai rintihan serta tangisan keluar dari mulutku. Keringat dingin menjalar membasahi tubuhku, kaki serta tubuhku yang bergetar menahan sakit tak membuat Danendra iba, ia menarik pergelangan tanganku hingga meninggalkan bekas merah di pergelangan tanganku. Ditutup dengan cubitan di lengan sebelah kiriku yang sakitnya begitu luar biasa hingga meninggalkan bekas lebam dilengan yang tak kunjung hilang selama satu minggu. Malam itu berakhir dengan diriku yang pasrah dihantam dan tertidur dengan tangisan. Paginya aku bergegas berangkat kelas dengan memakai riasan make up yang sedikit tebal agar bengap dimukaku dapat sedikit tersamarkan. Pegal serta memar mulai menjalar ditubuhku, sial! tak enak sekali rasanya, aku memutuskan langsung pulang ke kos untuk beristirahat karena tubuhku benar-benar terasa remuk. Danendra seakan-akan tak merasa bersalah atas kejadian semalam, ia mengirimkan pesan padaku agar aku menemuinya kembali. Lagi dan lagi, bak tersihir mantra ajaib aku pun mengiyakan Danendra. Dasar Enola bodoh! hardikku untuk diriku pada saat itu. Aku bertemu dengan Danendra, dan ya seolah-olah semalam tak terjadi apa-apa kami berbincang. Malamnya karena Danendra ada sebuah urusan entah denga organisasinya atau apa aku lupa, akupun menghabiskan malam ku dengan Cinta dan Lila. Aku sebenarnya takut ingin bercerita tentang apa yang kualami semalam kepada kedua sahabatku itu. Namun akhirnya aku menceritakan secara perlahan kepada kedua sahabatku itu. Sungguh mereka sangat marah serta tak habis fikir dengan kekasihku itu, bagaimana tega seorang kekasih menyakiti kekasihnya? aku terlelap dalam tangis dipelukan kedua sahabatku itu. Sebenarnya ini bukan kali pertama Danendra mengerasiku. Di chapter sebelumnya aku pernah menuliskan bahwa Danendra kerap kali melampiaskan amarahnya padaku, tak jarang pada momen tersebut Danendra mengasari fisikku. Depresi dalam menghadapi ini semua berbatang-batang rokok ku hisap ditemani dengan lantunan lagu no surprise - radiohead. Semenjak itu hari-hariku dipenuhi dengan ratapan, hingga tak kusadari kini berat badanku turun drastis. Di setiap harinya pada saat itu aku hanya berharap ssemoga Danendra melepaskanku, mengapa tak aku yang melepaskannya? ancaman ancaman itu akan datang menghantuiku, aku takut. Aku tak punya tempat pulang lagi, setidaknya aku harus memastikan diriku aman dari ancaman-ancaman itu. Walaupun sangat berat kurasa, tapi teman-teman ku benar-benar bisa membuatku merasa sedikit terhibur. Ya! aku mencuri-curi waktu untuk bertemu dengan teman-teman, aku menemui Cinta, terkadang aku menghabiskan waktu dengan Cinta, Mega, Ria dan Uno, ya sisa mereka sahabat dekatku yang kukenal diawal perkuliahan. Perihal Asila dan Bunga? ah kami sudah lama asing setelah Asila berubah menjadi sangat pendiam serta Bunga yang ternyata tidak sefrekuensi dengan kami, tunggu?! lalu dimanakah Bryan? ahaha Bryan telah punya dunianya sendiri dengan katingku itu, people come and go bruh!. Tak hanya dengan mereka, terkadang aku juga mencuri-curi waktu untuk pergi keluar dengan sahabatku sisi, atau dengan Lila dan kekasihnya. Oh iya, Kekasih Lila adalah teman satu kelasku, awalnya memang aku tidak dekat dengan kekasih Lila, namun karena Lila akhirnya kekasih Lila kini juga menjadi sahabatku karena aku sering ikut mereka mengunjungi coffeshop terbaru di kota ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Canda tawa dan juga luka?

Aku, Enola

Setitik luka