Postingan

Sepenggal Bait

Kau adalah taman dan aku adalah bunga lily Kau gersang sedang ku butuh hamparan dingin Dalam ketidaksamaan ku mencoba tumbuh... namun berujung keruh Aku tak tumbuh, sedang kau acuh Aku tak mekar, sedang kau pun tak gusar Perlahan bungaku mati, dan kau tak peduli Pada akhirnya,  aku hanyalah seonggok bunga layu di taman mati suri itu

Karsa Enola

Dalam hampa dan pilu kini aku pulang kembali padamu bu... dalam peluk hangat dekapanmu kuluruhkan segala penat serta amarahku. Dalam dekap ibu rasa tenang yang entah kapan pernah kurasakan kini kembali hadir memelukku, sungguh damai. Ibu kini aku mengerti bahwa hidup terkadang memang tak berjalan seperti apa yang telah direncanakan. Entah harus merasa sedih atau senang tapi kini aku tak ingin bermimpi lagi bu.. biarlah alur hidup membawa diriku tumbuh dalam hamparan indah yang mana atau akan membawaku tumbuh dalam gusar keringnya padang nan tandus itu bu. Kehilangan seseorang yang telah merebut seluruh hidup serta cinta dalam diri ini membuat diriku benar-benar gila, namun aku juga tak ingin layu mati secara cuma cuma dalam taman itu. Bungaku layak tumbuh bersemi indah entah di taman yang mana aku akan tumbuh. Bungaku mungkin memang tak secantik bunga lavender yang merekah tumbuh pada awal mei atau akhir agustus itu, tapi biarlah diriku merekah damai seperti bunga kaktus yang tumbuh da...

Ikhlas Yang Tak Pernah Kekal

Dalam rasa sakit yang menjalar tak pernah sekalipun terpintas dalam benakku untuk meluluhlantakkan duniamu. Hiduplah sebagaimana mestinya, semoga di semua sela pikiran yang ada kau kekal memeluk bahagia. Teruntukmu yang dulu mengisi relung sukmaku selamat berpisah sayangku, doa dan harapan baik akan selalu menyertai langkahmu. Selamat menyambut lembaran barumu, biarlah luka yang telah terukir melebur sendiri seiring berjalannya waktu. Tak apa mungkin bukan jalannya, namun senang bisa membersamaimu. Sepintas terbesit dalam beanakku "Ya Tuhan, mengapa tak diijinkan kami bersatu, mengapa takdir begitu getir" dalam hati yang terdalam memang cukup berat bagiku beranjak dari hubunganku dengan Danendra, aku menyayanginya, aku ingin di dekapnya, aku ingin menjadi tenang dalam riuh gemuruh hidupnya. Tak dapat kupahami mengapa cinta ini senantiasa tumbuh pada insan yang nyaris meluluhlantakkan kehidupanku, sungguh bukan ini yang kumau, aku ingin Danendra tapi tidak dengan amarah dalam ...

Sepintas Harapan Enola

Jangan MATI membusuk disana, biarkan kakimu menggembara - Track 8 (The jeblogs) Secercah cara telah kulalui untuk menjadi yang terkasih, tapi kenyataannya tak pernah kudapatkan balasan yang sama. Tak munafik, Tuhan sungguh aku ingin mendapat tempat pulang, Tuhan aku mendambakan sesosok insan yang tulus melabuhkan hatinya untukku. Bulat tekadku untuk berhenti dalam hubungan ini, sungguh aku tak ingin sakit terlalu dalam. Sorot mataku kini tak lagi sama saat memandang Danendra, pria yang selalu kutatap dengan sorot mata teduh itu kini berubah menjadi sesosok yang ingin Enola hempas jauh dari hidupnya. Aku hanya ingin dicintai selayaknya insan bercinta yang lainnya, aku hanya ingin pulang untuk semua rasa penat kepada kekasihku. Dimana? dimana dapat kujumpai sesosok itu? Kapan? kapan aku menemukannya? atau memang sebetulnya diriku lah yang tak layak dicintai?. Tuhan, dengan kesungguhan hatiku aku memohon tolong hadirkan obat disela-sela remuknya diri ini Tuhan.  

Sisi Enola yang Hilang

 Rasa - rasanya hari berjalan begitu lambat, detik demi detik, waktu demi waktu, ku lalui dengan situasi yang begini - begini saja. Luka sepertinya telah menjelma menjadi makanan sehari - hariku. Puluhan batang rokok terbakar dalam setiap minggunya, bingung sembari memikirkan lantas bagaimana selanjutnya hidupku? bagaimana dengan segala mimpi serta harapnku yang tertinggal jauh dalam Enola yang dahulu. Tiba - tiba hidup berjalan begitu serius akhir - akhir ini, hingga tak kusadari banyak yang hilang dari diriku, sial aku merindukan diriku yang dahulu. Serasa melihat cuplikan sebuah film, dalam benak terlintas betapa riangnya Enola dahulu. Tak terasa air mata itu kian mengguyur pipiku, tangis pilu tak dapat terbendung lagi. Sialnya dalam posisi seperti ini diriku menyaksikan sendiri bagaimana Danendra membangun hubungan - hubungan dengan hati yang lainnya. Dalam pesan yang diam - diam Danendra kirimkan kepada sosok lain itu diriku tersenyum getir, sepertinya Danendra nampak lebih ba...

Babak Baru

Menginjak di tengah perjalanan kami menempuh perkuliahan aku mendapati masalah yang cukup krusial, haduh bukannya memang selalu krusial ya?. Tak begitu, masalah ini cukup serius, bukan tentang diriku tetapi Danendra. Danendra? mengapa dia? aku ingat betul kejadian tempo itu, pagi menjelang siang yang seharusnya Danendra masih disibukkan dengan jadwal perkuliahannya, namun ia malah memilih untuk pulang, dengan mata berkaca-kaca serta semburat emosi dalam dirinya ia jatuh lunglai diatas dinginnya lantai kos itu. Hatiku bingung penuh tanya, ingin sekali rasanya menanyakan perihal apa yang membuat diri Danendra penuh frustasi, tetapi aku takut. Diriku hanya mencoba memberikan Danendra sedikit ketenangan dengan memberikannya kata semangat "hei, kenapa? jangan takut, ada aku" kurang lebih seperti itulah sepatah kata spontan yang terucap dari bibirku. Bukan tenang tetapi Danendra semakin memuncakkan amarahnya, dari sepenggal kata-kata yang sebetulnya tak begitu jelas ku dengar aku m...

Selanjutnya Bagaimana

  Silih berganti ruang kau penuhi Ku perlu hadir di semua yang kau tangisi Panggil aku kapanpun kutemani Pastikan riuh akhiri malammu lagi Pastikan Riuh Akhiri Malammu - Perunggu Sama seperti penggalan lagu diatas, Enola mendambakan 'tempat' yang mampu mengakhiri seluruh riuh di malam hari. Sepertinya seru ya memiliki bahu kekar yang selalu siap siaga memeluk hangat tubuh kecil ini, membelai lembut jiwa yang takut ini, mengusap pilu yang mengalir deras dalam batin ini. Sama seperti biasanya, secarik doa kupintakan kepada-Nya untuk kekasihku itu, Ya Tuhan izinkan batinku memiliki sepenuhnya hati itu, izinkan seutuhnya hamba memenangkan cintanya. Pilu sekali hidup Enola ini, kalau dipikir-pikir tak sepilu itu juga, bukankah dengan begitu adalah cara Tuhan menunjukkan betapa tulusnya cinta Enola untuk Danendra?. Aku Enola, bersungguh-sungguh serta tak ada keraguan melabuhkan cintaku kepada Danendra. Danendra yang dingin, kasar, serta keras kepala sama sekali tak membuat cinta dala...