Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2024

Enola rindu

 Aku rindu sahabat-sahabatku, aku rindu momen dimana dalam hari-hariku hanya terisi tawa dan canda serta tak pernah kutemui luka. Aku ingin kembali kepelukan sahabat-sahabatku, bercengkrama sambil bercanda seperti saat-saat itu. Menghabiskan malam yang dingin dengan diiringi petikan gitar serta lirihnya nyanyian dari kami. Aku menangis, malu rasanya kepada para sahabatku, selalu dalam beberapa waktu diriku kembali ke mereka dalam keadaan luka. Mereka menerimaku kembali dengan perasaan sukarela, tak tega dengan diriku yang mendapat perlakuan tak adil dari Danendra, para teman-temanku itu meyakinkanku untuk berani melepas Danendra. Tapi ya inilah diri Enola yang selalu tak bisa menjauhi Danendra sesakit apapun yang ia rasa. Beribu maaf untuk para sahabatku, aku tak menjauhi kalian, kalian tetap bagian terpenting dalam hidupku, kalian tetaplah terang dikala gelapku. Dalam sesekali aku mengelabuhi Danendra, beralasan ingin kembali kerumah padahal kujumpai sahabat-sahabatku kala itu. Me...

Ini perihal Danendra

Danendra, lelaki yang kukenal secara tak sengaja itu kini kian sukses memporak-porandakan jiwaku. Hatiku bak bermekaran karenanya, namun juga hancur lebur juga olehnya. Setelah kami bersama selama beberapa waktu, masih tak bisa kuselami lebih dalam siapa sosok Danendra kekasih ku itu. Gemuruh dalam kepalaku seakan enggan usai menerka sosok manakah pemilik jiwa asli kekasih ku  itu. Danendra yang manja nan lembut juga perhatian, ataukah Danendra dengan sosok dingin, kasar serta tak berperasaan itu? ahh Tuhann... ini jauh lebih sulit dari materi aljabar yang selalu kuhindari semasa SMA dulu. Sialan susah sekali menebak pria itu, membawaku kedalam pikiran "ataukah sebenarnya kekasihku itu tak sehat jiwanya?". Waktu demi waktu kulewati masih dengan penuh tanda tanya dan tak segera kutemui jawabannya. Yang selalu terlintas dalam benakku ialah Danendra tak sepenuhnya mencintaiku, mengapa diriku tega berpikir seperti itu kepada kekasih ku sendiri? bagaimana diriku tak berpikiran sep...

Kota pelarian

Di suatu malam di pertengahan bulan pada 2023 silam aku dan Danendra kembali berdebat hebat, perdebatan tak kunjung usai entah telah berapa lama kami beradu argumen. Aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Danendra, tak tinggal diam Danendra mulai mencecar kalimat-kalimat manipulatif terhadap diriku. Satu kalimat yang masih terekam jelas dalam memoriku "aku atau dirimu yang akan mati" itu kalimat Danendra yang ia ucapkan padaku tatkala aku memutuskan untuk pergi mengakhiri hubungan kami. Buka karena tak lagi cinta dengan Danendra, tapi diriku yang sudah merasakan letihnya menghadapi sikap Danendra. Danendra yang selalu menyalahkanku, Danendra yang selalu mengasariku, Danendra yang tak pernah mau mengerti posisiku. Aku memilih pergi, ancaman demi ancaman masuk dalam pesan di ponselku. Dari siapa lagi? ya sudah pasti Danendra! aku kalut, bingung serta takut menjadi satu rasa yang terus menjalar pada tubuhku. Aku ingin pergi dari sini! aku harus pergi! kemana? kemana h...

Hari - hari Enola

 Sama seperti hari-hari biasanya, hari ini kulalui dengan perasaan hampa, aneh ya? memiliki pasangan kok hampa?. Semakin hari diriku semakin asing dengan fitrah seorang perempuan yang harusnya didapatkan dari kekasih hati. Mengapa? membersamai Danendra membuatku tumbuh menjadi sosok gentleman lalu kehilangan sisi feminim ku. Dalam waktu yang sangat cepat, aku berubah menjadi sosok gantlemen, aku harus siap tatkala Danendra menyuruhku untuk banyak hal, aku harus siap menjadi sasaran tinju amarah Danendra, aku harus bisa melakukan semua hal, termasuk hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang lelaki pada perempuannya. Tak pernah kurasakan pipi ini memerah menahan salting sebab diperlakukan manis oleh Danendra. Hal romantis sesimple digandeng saat berjalan pun tak pernah kurasakan selama membersamai Danendra. Aku juga harus terbiasa siap menghadapi masalah-masalahku sendiri, seperti contohnya pada saat itu nasib apes menghampiriku, saat itu aku dan Danendra hendak pergi untuk menc...

Secercah asa Enola

  Entah di mana yang aku maksud Kereta ini tak gentar Terus melaju Aku takut.. Kereta ini melaju terlalu cepat - Nadin Amizah Seperti potongan bait lagu diatas, diriku tak pernah melambaikan bendera putih yang menandakan penyerahan, tetapi aku takut. Bulan demi bulan berlalu, kini semakin ku tau sisi lain Danendra yang sebenarnya semakin membuat diriku hilang kendali. Entah mengapa Danendra selalu menyalahkanku atas masalah apapun yang ia dapat, seolah-olah semua masalah itu datang karena ulahku. Amarah Danendra yang tertuju padaku membuatku harus siap siaga menenangkannya serta meminta maaf, ya! meminta maaf untuk hal yang aku sendiri tak tau dimana letak salahku. Danendra adalah sosok yang cukup nekat ketika amarah menguasai dirinya, dan diriku yang selalu menjadi sasarannya. Pernah di suatu malam yang tak akan pernah kulupakan Danendra marah kepadaku, hanya karena permasalahan sepele, Danendra yang merasa lapar di tengah malam memintaku untuk pergi keluar membelikan sebungkus ma...

Setitik luka

 Diiringi musik melankolis man upon the hill - stars and rabbit , aku memulai pagiku yang datar tanpa perasaan apapun. Menjalani kehidupan perkuliahan semester 2 akhir, kini ku memulai perkuliahan di jam yang terbilang masih cukup pagi. Rasa kantuk yang tak tertahankan oleh mataku mengiringi deru jari tanganku mencatat sedikit demi sedikit materi pada mata kuliah pagi itu. Danendra mengirim pesan padaku selepas selesai kelas agar diriku segera beranjak menjumpainya, selalu seperti itu dalam setiap harinya. Danendra memang sosok manja yang selalu ingin ditemani dalam setiap saatnya, bak tersihir mantra aku selalu mengiyakan apapun yang Danendra sampaikan padaku. Setelah kelas berakhir aku segera beranjak untuk menjumpai Danendra, kami bertemu di tempat yang sama namun tak banyak mengobrolkan hal-hal. Aneh? memang aneh, Danendra tak sama seperti awal-awal saat ia mendekatiku. Dulunya ia sangat gemar mengajakku berbincang perihal kehidupan pribadi kami, tetapi setelah berbulan-bulan k...

Bersemi

 Sama seperti insan lainnya yang berbunga-bunga ketika sedang kasmaran, pagi itu aku tak henti-hentinya mengulas senyuman di bibirku sembari memandagi ponsel di layar handphone ku. Aku selalu berbunga-bunga membaca pesan yang Danendra kirimkan kepadaku. Ah, begitu manis dan perhatiannya anak itu padaku. Ia mengirimkan pesan padaku merekomendasikan satu lagu yaitu right now - one direction . Kuputar musik tersebut dalam ponselku, kuresapi setiap makna dalam alunan lagu tersebut. Ya, Danendra rindu! memang saat itu kami sedang terhalang jarak di karenakan libur semester yang memaksa kami untuk kembali ke tempat asal kami. Bulan pertama dalam hubungan ini berjalan seperti hubungan sejoli yang sangat mesra dan tak ada kecurigaan sedikitpun kepada Danendra karena ia memang anak yang manis. Bulan pertama serta kedua kami lalui dengan penuh cinta, ya walaupun via virtual hehe... Menginjak bulan ketiga kamipun kembali bersama-sama tanpa terhalang jarak. Ya, perkuliahan telah dimulai kembal...

Dan sambutlah yang akan datang

 Sama seperti judul dalam chapter ini, aku menyambut kehadiran Danendra. Perihal Restu? ah ya! dengan penuh banyak pertimbangan aku memutuskan menghapus Restu dalam hatiku. Terlihat sangat konyol bukan? padahal di chapter sebelumnya aku bercerita bagaimana perasaanku tumbuh bermekaran terhadap Restu, namun setelah kejadian malam itu bungaku sedikit demi sedikit layu. Tak lagi aku bersemangat terhadap apapun itu, berkaitan dengan Restu. Mungkin luka dalam hatiku yang membuatku seperti itu, sejuta maafku untukmu Restu yang pernah mengisi hatiku, aku mengakhiri kapal ku serta kapal mu yang hendak siap berlabuh ke satu dermaga yang sama, sungguh kau seorang kekasih yang baik tetapi aku luka. Dengan mantap hati aku menutup rapat-rapat pintu hatiku untuk pria itu. Di waktu yang tepat kini Danendra mengisi kehidupanku. Kami saling bertukar pesan tanpa sepengetahuan teman-teman kami, kurang etis rasanya dalam waktu dimana aku menghapus mimpiku dan Restu bersatu tapi saat itu juga aku menya...

Luka dan luka selanjutnya

 Pagi setelah terlelap dalam kondisi yang sangat hancur, aku mengawali hariku dengan tangisan lagi. Teman-teman kembali menanyakan mengapa diriku terlihat berantakan lagi setelah beberapa hari terlihat berbunga-bunga? tak kujawab jujur mengapa diriku pada saat itu. Tetapi salah satu sahabatku Cinta telah mengetahuinya karna memang ku curahkan semuanya padanya ya karna memang kami tinggal di satu kos yang sama. Sebetulnya tak hanya Cinta, sahabatku dari smp yang kini juga tinggal satu kamar denganku juga mengetahuinya. Dia Lila, sahabatku sejak smp, kami memang dari smp hingga kuliah menempuh pendidikan di satu tempat yang sama lalu memutuskan untuk menyewa kos bersama. Kembali ke topik sebelumnya, walaupun hatiku hancur namun kali ini aku tampak lebih mahir mengontrol diriku daripada hancurku yang sebelumnya. Malam kembali kuhabisan bersama teman-teman sembari bercerita serta menyanyikan lagu yang selalu kami ulang air dan api - naif, benci untuk mencinta - naif  dan juga bebe...

Canda tawa dan juga luka?

 Kelanjutan dari chapter sebelumnya, dimana patah hati serta kehidupan baru ku (Enola) dimulai. Seharian setelah penat dengan tugas serta materi perkuliahan kami saling bertukar kabar untuk kembali berkumpul sejenak melepas tawa bersama serta bertukar cerita tentang hal-hal yang terjadi pada hari itu. Kamipun berkumpul di tempat yang sama dengan orang-orang yang sama namun suasana hati personal yang beda-beda, ada yang sedang senang, ada juga yang sedang galau dan pusing entah sedang memikirkan apa pada saat itu. Oh iya, kami ketambahan personil baru loh ahahahahaha.. si rohman, pribadi punk yang sangat kental dan dengan staterpack tumblr jahat yang tak pernah ketinggalan itu. Kami sering menghabiskan waktu lebih dari dini hari dan hampir setiap harinya seperti itu, eh? kok hampir sih, kan emang setiap hari seperti itu wkwk. Suatu sore kami hendak menikmati senja di salah satu bendungan yang cukup terkenal di kota ini, sebelum kami kesana kami sempat singgah di sebuah gapura univ s...

Aku, Enola

 Hai, aku Enola. Aku seorang mahasiswa baru di sebuah Universitas Negeri di sebuah Kota kecil nan indah dan damai. Semua kisahku berawal dari awal kehidupan baruku disini. Hatiku penuh gemuruh serta perasaan campur aduk ketika hari pertama menginjakkan kaki di Universitas ini. Perasaan kalut bercampur takut, takut bila ternyata aku susah beradaptasi dengan lingkungan baruku. Tapi ternyata itu hanyalah ketakutan semata, nyatanya aku menemukan kawan baru yang cukup asik dan membuatku tidak merasa berat untuk beradaptasi di lingkungan ini. Mereka,  Cinta,  Ria,  Asila,  Bunga, Bryan, Uno, serta Mega adalah teman-teman baruku. Hari berganti hari, beberapa kelas serta mata kuliah telah ku lewati tanpa merasa ada hambatan apapun. Sungguh kehidupan remaja yang benar-benar kudambakan ada di moment ini, kami (teman-teman baru) sering menghabiskan waktu selepas perkuliahan dengan ngobrol ngobrol kecil di sebuah burjo yang tidak terlalu ramai dijamah dengan mahasiswa lainn...